Dakwah

Membangun Pesantren Masyarakat, Tanpa Pondokan (Santri Kalong)

Sharing lagi, kami tidak mengatakan dakwah kami sukses. Namun sekedar berbagi barangkali bisa ditiru para da’i lainnya.

Keinginan baru muncul memiliki pesantren, saat kami sedang studi di Arab Saudi tepatnya di kota Riyadh, melanjutkan Chemical Engineering (konsentrasi: Polymer Engineering) di King Saud University. Awalnya, pesantren ini dibangun dari sisa donasi Ramadhan. Dibelilah tanah di sebelah selatan masjid dengan harga 6 juta rupiah yang luasnya kurang lebih 150 meter persegi. Dari 2010 gedung tersebut dibangun. Akhirny 2012, sudah selesai dan mulai digunakan untuk TPA satu Padukuhan Warak. Akhirnya berkembang meluas menjadi 600-an santri dari Panggang dan Saptosari. Berkembang pula bukan hanya kajian untuk anak-anak, ada juga kajian dewasa hingga pengajian rutin Malam Kamis yang saat ini dihadiri 1200 jama’ah dari Panggang, Saptosari, dan Purwosari Gunungkidul.

 

Latar belakang membangun pesantren:

• Membina masyarakat yang masih kurang dalam pemahaman agama.
• Mendidik kawasan yang dulu terkenal brutal, sebagaimana pengakuan warga dan kepolisian terhadap Dusun Warak. Walhamdulillah, sekarang malah polisi salut akan perubahan drastis dusun ini.
• Mengikis budaya syirik dan jauh dari tuntunan dengan dakwah secara perlahan, tidak langsung spontan.

 

Kenapa tidak mendirikan pondok untuk menampung santri luar?

• Ingin konsen membina masyarakat.
• Lahan yang masih sempit.
• Kalau pondok dibuka, kebanyakan santri yang dididik adalah santri luar, akhirnya pendidikan pada santri lokal berkurang.
• Tidak ingin kelihatan eksklusif.
Tidak sedikit pondok pesantren berdiri, namun pondok jauh sekali dari interaksi dengan masyarakat, karena ada tembok pemisah dengan masyarakat sekitar. Pendidikan pada masyarakat sangat-sangat minim. Pondoknya maju, namun masyarakat masih sangat jauh dari agama. Bahkan masyarakat tidak simpati pada pondok karena kurangnya pergaulan pondok dan masyarakat sekitar.
• Banyak saingan dari sekolah lain, di utara dan selatan pesantren sudah banyak SD, SMP atau MTS dan SMA atau SMK. Kalau didirikan sekolah atau madrasah resmi, takutnya anak-anak malah mengisi pesantren kami, sekolah atau madrasah lain jadi kosong.

 

Keadaan santri lokal:

• TPA: 600-an santri (hari Senin – Jumat dibagi dua gelombang)
• Puteri SMP: 30 (Sabtu Sore)
• Puteri SMA: 15 (Malam Ahad)
• Putera SMP dan SMA: 25 (Malam Senin)
• Santri hafalan anak-anak: 50-an (ba’da Shubuh Senin – Sabtu dan sore hari)
• Santri hafalan ibu-ibu: 30-an (Dibagi enam kelas dari Senin – Sabtu)
• Santri hafalan remaja putera: 8 (Ba’da Shubuh, Senin – Sabtu)
• Ibu-ibu sepuh (Iqra’ dan Al-Qur’an): 150 (Malam Ahad)
• Ibu-ibu muda (Iqra’ dan Al-Qur’an): 130 (Ahad Sore)
• Bapak-bapak (Iqra’ dan Al-Qur’an): 70 (Malam Senin)
• Pengajian Rutin untuk Umum: 1200 (Malam Kamis)
• Pengajian Akbar: terakhir 4000 jama’ah (Tiga Bulan Sekali)
• Pengajian para da’i dan takmir masjid: 70 (Ahad Pagi)
• Pengajian khusus da’i lokal, diskusi Bulughul Maram: 5 (Ahad Siang)

Perlu sekali adanya pembinaan pada da’i-da’i lokal dan takmir masjid. Untuk tujuan tersebut diadakan kajian Ahad pagi (ba’da Shubuh) membahas Kitab Al-Kabair karya Imam Adz-Dzahabi, ada juga di Ahad siang dengan Diskusi Bulughul Maram. Materi-materi yang diperoleh disampaikan lagi pada masyarakat sekitar.

 

Pengajar pesantren:

• TPA: pengajar dari warga sekitar pesantren, ada 30 pengajar untuk mengampu 600-an santri.

• Hafalan puteri: saat ini diasuh oleh dua alumni Ma’had Al-I’tisham Puteri Wonosari Gunungkidul.

• Sisa kajian untuk seluruh kajian dewasa dan hafalan putera diampu oleh kami sendiri.

Bagi yang ingin menjadi donatur tetap untuk Pesantren Darush Sholihin di sini.

Moga manfaat sharing ini bagi yang lain, moga bisa hadir pula pesantren masyakarat di daerah lainnya. Dakwah pasti punya tantangan, namun tentu ada strategi untuk mengatasi pertentangan masyarakat. Doakan kami untuk terus bisa istiqamah.

* Foto di bawah, bapak/bapak yang hadir dalam Kajian Akbar Ustadz Badrusalam, Lc yang dihadiri oleh 4000 jama’ah. Foto di bawahnya lagi adalah suasana saat kajian bagi para da’i dan takmir masjid sehabis Shubuh hingga dilanjutkan dengan sarapan pagi.

strategi_dakwah_04

Muhammad Abduh Tuasikal • Rumaysho.Com • Twitter @RumayshoCom • Instagram RumayshoCom • Pesantren DarushSholihin.Com

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button