Info DS

Sapa Jamaah dengan Bahasa Mereka

Semalam pas lagi ngobrol dengan Syaikh ‘Ashim Al-Qaryuti sebelum beliau hafizhahullah mengisi kajian akbar di lapangan Pondok Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul. Banyak pelajaran yang bisa dipetik ketika duduk makan malam hingga menemani beliau ketika mengisi kajian. Syaikh sudah hadir sebelum Magrib. Lalu kita berbincang-bincang dan sambil makan malam dahulu di kantor Darush Sholihin. Bincang-bincang ini ditemani oleh Ustadz Setiawan Tugiyono dan shahib dekat kami, Ustadz Amrullah Akadhinta. Awalnya, Syaikh menyantap dengan lahap “Abu Syaukah”, yakni durian, dilanjutkan bakda shalat, beliau menyantap menu lobster, ditemani “jangan lombok” (menu spesial di DS, rasanya mantap deh dan khas).

✏️ DISKUSI MENARIK

Kami sempat diskusi tentang beberapa masalah dengan beliau, di antaranya:
– Syaikh shalat Magrib dan Isyak di Darush Sholihin, lalu memberikan pelajaran kepada kami mengenai mimbar nabi yang memakai tiga tangga.
– Syaikh mendengar kami mengimami shalat Isya lantas menjaherkan basmalah. Beliau bisa memaklumi kalau kami mengambil “qaul Syafiiyyah” yang terus menerus menjaherkan basmalah saat membaca basmalah. Saran beliau mestinya kadang jaherkan, kadang sirrkan. Namun, kami sampaikan bahwa jaher basmalah ini untuk mendekati jamaah yang banyak yang rata-rata awam. Ohh, beliau memahami.
– Syaikh berdiskusi dengan kami tentang masalah jarak safar karena ada ikhwah dari Jogja sudah menjamak dan mengqashar shalat Magrib dan Isyak bersama beliau. Beliau pun memaklumi bahwa yang menjamak-qashar barangkali menganggap sudah masuk anggapan ‘urf-nya demikian. Namun, kami sampaikan kepada Syaikh bahwa orang Gunungkidul saja kalau ke Jogja tidak menganggap sebagai musafir. Lalu kami dan Ustadz Setiawan menyampaikan pendapat yang memilih jarak 4 burud, sekitar 80 km barulah dianggap safar. ‘Ala kulli haal, Syaikh menilai bahwa barangkali yang menjamak-qashar tadi bersama beliau menganggap sudah masuk jarak safar secara ‘urf dan bisa jadi dalam satu rombongan terjadi ikhtilaf seperti itu.

Kami juga dapat pelajaran dari Syaikh saat menjawab pertanyaan jamaah ketika kajian mengenai hukum berdoa bakda shalat wajib sambil mengangkat tangan. Syaikh menjawab, “Tak masalah berdoa bakda shalat fardhu walau dengan mengangkat tangan. Namun, baiknya tidak dilakukan secara rutin.”

✏️ PRIPUN KABARIPUN …

Namun, satu pelajaran yang kami kagumi. Sebelum-sebelumnya memang sudah kami susun rencana ini dan ingin menyampaikan kepada Syaikh ‘Ashim. Kami ajukan permintaan kepada beliau, “Syaikh, bagaimana kalau nanti bisa menyapa jamaah dengan bahasa Jawa?” Lalu kami ajarkan ke beliau kalimat, “Pripun kabaripun?” Lantas Ustadz Setiawan menambahkan, “Syaikh, kalau bisa ditambahkan dengan kalimat ‘bapak-bapak, ibu-ibu’.” Lantas Syaikh menulis ulang cara penyebutan “pripun kabaripun, bapak-bapak, ibu-ibu” dengan tulisan Arab, bahkan latin di catatan beliau.

Masya Allah, itu yang membuat kami kagum.

Ketika di lapangan saat memulai, setelah kami menyampaikan mukadimah, kami minta kepada Syaikh, “Syaikh, mungkin bisa mencoba menyapa jamaah dengan bahasa Jawa?” Lantas beliau memulai dengan bismillah lalu salam, lalu beliau menyapa, “pripun kabaripun, bapak-bapak, ibu-ibu”. Jamaah sontak tertawa sambil menjawab, “Sae, baik.” Lalu kami sampaikan ke jamaah, “Mantap kan, jamaah!” Jamaah pun menjawab, “Mantap!”

Coba perhatikan bagian video di sini:
https://youtube.com/clip/UgkxUR-lhAzcf9F1GbShu9Vy7c7vEqVMn6GE

Video kajian malam Kamis bersama Syaikh Al-Qaryuti secara lengkap: https://youtu.be/0BZAe9Wv8GU

*Pelajaran pentingnya adalah berdakwah itu perlu menyesuaikan kondisi jamaah di antaranya latar belakang bahasanya. Sehingga dalam menerjemahkan semalam, kami sering meringkas perkataan Syaikh dan berusaha memahamkan jamaah DS dengan bahasa yang langsung mudah dicerna, tentu dengan menyesuaikan dengan bahasa jamaah.

Semoga Allah merahmati Syaikh Prof. Dr. ‘Ashim bin ‘Abdillah bin Ibrahim Al-Khalili Al-Qaryuti. Semoga Allah panjangkan umur beliau dan ilmu beliau, serta memberikan penjagaan yang sempurna pada beliau.

✏️ CUKUP 30 RIBU RUPIAH UNTUK BANTU DAKWAH RUMAYSHO & DARUSH SHOLIHIN

Silakan salurkan donasi Anda melalui rekening berikut:
BSI 7201878092 a.n. Rumaysho Peduli Dakwah

Jangan lupa konfirmasi ke:
wa.me/6287839688692
dengan format: Rumaysho Dakwah # Nama # Kota # Nominal

✏️ Keterangan foto:
Suasana jamaah dan baksos dalam Kajian Akbar bersama Syaikh ‘Ashim Al-Qaryuti hafizhahullah, yang dihadiri kurang lebih 4.000 jamaah dari berbagai pelosok Gunungkidul.

Kajian Akbar, Malam Kamis, 28 Dzulhijjah 1443 H

Pimpinan Pondok Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul,

Muhammad Abduh Tuasikal

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button